Jaga Tali Silahturahmi, Trah Panembahan Senopati se Indonesia Gelar Deklarasi Paguyuban
Jakarta, Patroli-
Sebanyak sembilan orang yang masih memiliki garis keturunan dengan Raja Mataram Islam pertama Panembahan Senopati berinisiatif membentuk paguyuban untuk mewadahi para keturunan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sembilan orang tersebut adalah:
1. R. Bigar Rahasia Siswa, S.Pd., M.Pd.B.I
2. Dr. H. K.R.T. Nur Suhasrcaryo, Ir.B.Eng., M.T.
3. Dr. R. Tatto Sutamto, S.Sos., M.SI.
4. R. Novianto
5. R. Indratno Joko Sarwanto
6. R. Much Bintang Arief Martoadi
7. S.H, M.Kn., R. Guruh Tolowijoyo, S.E
8. R. Aryokodipuro, S.Pd
9. R. Dr. Agung Purwandono Saleh, M.Pd.
Mereka sepakat untuk membentuk wadah dengan nama Paguyuban Trah Panembahan Senopati atau disingkat Patrap Senopati.
Pada Selasa (19/4) lalu, dilakukan deklarasi secara virtual yang terfokus ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dihadiri oleh sebanyak 40 orang dari penjuru tanah air.
Hasil dari deklarasi hari itu disepakati jajaran pengurus mulai dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara (SKB) serta divisi-divisi lain yang menjadi bagian dari struktur organisasi.
Ketua Umum (Ketum) Patrap Senopati terpilih yaitu Nur Suhascaryo mengatakan, bahwa disepakati hari Selasa tanggal 19 April 2022 sebagai hari deklarasi karena ada alasan tertentu.
”Pada tanggal tersebut bertepatan dengan 17 Ramadhan, yaitu hari turunnya kitab suci Al Qur’an,” ujarnya kepada awak media di Jakarta, Kamis (21/4).
Dirinya juga menyampaikan, bahwa saat ini Patrap Senopati sedang mengajukan pembuatan akte pendirian dan surat keputusan (SK) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan instansi terkait guna mendapatkan legitimasi hukum.
”Saat ini kami sedang mengurus proses pendirian badan hukum organisasi melalui seorang notaris di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Setelah ini selesai dilanjutkan ke pengurus di setiap provinsi hingga kabupaten/kota guna melapor ke kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) setempat,” jelasnya.
Ketum Patrap Senopati terpilih itu mengajak semua tedhak turun Panembahan Senopati untuk ikut bergabung tanpa melihat status sosial, status ekonomi, latar belakang pendidikan, latar belakang keyakinan agama, budaya, domisili termasuk pilihan politik masing-masing anggotanya.
Nur Suhascaryo juga berharap kedepannya wadah paguyuban inisiasinya itu dapat berjalan solid, berkembang positif, serta bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
”Prinsip utama yang dipegang adalah kerukunan, keikhlasan, dan keteguhan dalam memelihara dan menjaga kredibilitas para leluhur maupun paguyuban yang baru terbentuk,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Patrap Senopati Bigar Rahasia Siswa menyampaikan, bahwa sejauh ini sudah ada beberapa nama yang mengajukan diri untuk menjadi pengurus wilayah (pengwil) mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Ia menggarisbawahi, bahwa wadah Patrap Senopati melepaskan diri dari kepentingan politik manapun, tetapi tetap memegang teguh prinsip landasan Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan tegak utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Bigar, tujuan dibentuknya Patrap Senopati adalah untuk menghimpun dan mempererat hubungan kekeluargaan antara sesama para keturunan Panembahan Senopati yang sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia.
”Jadi sebisa mungkin kita telusuri hingga seluruh pelosok guna menjaga supaya tidak mati obor, sehingga tali silahturahmi antara sesama para keturunan Panembahan Senopati terus terjaga tak lekang di makan waktu,” tuturnya.
Upaya awal yang akan dilakukan, sambung Bigar, adalah pendataan anggota, penyelusuran data sarasilah, pembentukan kepengurusan, koordinasi dengan pihak penyelenggara Karaton Catur Sagotrah, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Pakualaman.
”Sedangkan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan lainnya yang bisa dilakukan dalam jangka waktu pendek,” imbuh Sekjen Patrap Senopati itu.
Panembahan Senopati memiliki nama asli Danang Sutowijoyo yang juga dikenal sebagai Sutawijaya. Ia merupakan putra Ki Gede Pemanahan, pendiri cikal bakal kerajaan Mataram Islam pada abad 16 Masehi.
Pasca berhasil memerdekan kerajaan Mataram Islam dari Kerajaan Pajang, Sutawijaya mengangkat dirinya jadi sultan dengan gelar Panembahan Senopati pada tahun 1586.
Panembahan Senopati bergelar Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama, yang menunjukan raja berkuasa atas pemerintahan dan keagamaan. Sedangkan gelar Senopati untuk sebutan panglima perang.
Dari empat istrinya, Panembahan Senopati mempunyai 14 anak, yaitu Gusti Kanjeng Ratu Pambayun, Pangeran Ronggo Samudra, Pangeran Puger, Pangeran Teposono, Pangeran Purbaya, Pangeran Rio Manggala, Pangeran Adipati Jayaraga, Panembahan Hadi Hanyokrowati, Gusti Raden Ayu Demang, Wiramantri, Pangeran Adipati Pinggoloyo I, Pangeran Juminah, Pangeran Adipati Martoloyo, dan Pangeran Tanpa Nangkil.
Setelah berkuasa selama 15 tahun Panembahan Senopati wafat tahun 1601 Masehi dan dimakamkan di Kotagede Yogyakarta, kemudian digantikan putranya Raden Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyokrowati. (Mf/Foto: Ist.)