Anak Gagal Masuk Sekolah Idaman, Sistem Zonasi Kembali Bikin Orang Tua Murid Kecewa
Bogor, Patroli-
Surat Edaran (SE) Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) beberapa waktu lalu, para siswa diharuskan mendaftar sesuai dengan zonasi atau berdasarkan radius zona rumah peserta didik ke sekolah.
Aturan tersebut memastikan pihak sekolah harus menerima 90 persen siswa yang rumah atau tempat tinggalnya berjarak dekat dengan sekolah tersebut.
Sedangkan 5 persen siswa yang diterima adalah mereka yang masuk jalur prestasi, sisanya lagi dikhususkan buat siswa yang mengalami perpindahan domisili.
Anak yang baru masuk ke tingkatan sekolah lanjutan seperti dari SMP ke SMA beberapa diantaranya mengalami masalah saat melakukan pendaftaran.
Mereka mengaku kemungkinan terbentur peraturan baru tentang zonasi atau namanya tersingkir di website Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) ketika mendaftar secara online.
Awak media banyak menerima keluhan dari orang tua murid terhadap sistem baru tersebut yang dinilai tidak adil. Harapan mereka untuk menyekolahkan anaknya di sekolah impian harus pupus karena tertolak oleh aturan tadi.
Salah satunya anak bernama Rizky yang gagal masuk ke sekolah favoritnya yaitu SMAN 1 Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dikarenakan sistem zonasi. Hal ini membuat Rizky dan orang tuanya merasa sangat kecewa.
Saat dikonfirmasi awak media, Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Cigudeg Iwan Rusmawan menyampaikan bahwa tidak hanya satu atau dua orang saja yang sempat datang ke sekolah terkait soal anaknya gagal masuk ke sekolah tersebut.
”Banyaknya orang tua murid yang berharap anaknya bisa masuk sekolah di SMAN 1 Cigudeg ini,” ujarnya, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/7).
Selaku Humas SMAN 1 Cigudeg, dirinya membenarkan bahwa sekolah tempatnya berdinas memang menerapkan sistem zonasi sesuai yang diarahan oleh pemerintah.
”Betul pak untuk jalur sistem zonasi saja sudah terisi 219 siswa dan target pencapaian 300 siswa. Total global keseluruhan 432 siswa dan 12 ruang kelas,” terangnya.
Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Cigudeg itu juga menambahkan bahwa dengan adanya sistem jalur zonasi ini membuat banyak anak dan orang tua menjadi sedih dan kecewa. ”Saya pribadi sangat miris,” tuturnya.
Pihak sekolah, sambung Iwan, ingin membantu dan sudah berupaya semaksimal mungkin namun tidak bisa berbuat banyak karena terbentur oleh sistem. Dirinya tidak menutup mata untuk membantu anak-anak tersebut jika memang memungkinkan.
”Apalagi sekarang untuk sekolah SMA sudah direkomendasikan oleh provinsi. Jadi semua data sekolah sudah terdeteksi oleh sistem,” pungkasnya.
Akibat dari peristiwa fenomenal tersebut, Iwan pun mengaku kerap mengalami kejadian yang tidak mengenakan. ”Banyak dari orang tua murid yang datang ke rumah saya. Bahkan pihak yang memberi tekanan pun sudah,” imbuhnya. (Bustomi/Foto: Ilustrasi/Istimewa)